Menjalin Ukhuwah, Merawat Kenangan
Sleman, 9 April 2025 — Suasana hangat dan penuh kekeluargaan terasa di Aula SMP Negeri 3 Ngaglik Yogyakarta, saat para guru aktif dan guru purna tugas serta Komite berkumpul dalam acara Halal Bihalal yang digelar pada Selasa pagi (8/4). Acara yang rutin diselenggarakan setiap pasca-Idulfitri ini menjadi momen berharga untuk mempererat kembali tali silaturahmi, mengenang masa-masa kebersamaan, dan saling berbagi doa serta harapan baik.
Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia Danang Setia Hatmaka, S.Pd. Kepala Sekolah, Ibu Sri Suharti, S.Pd., yang mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas kehadiran para guru yang telah memasuki masa purnabakti.
“Guru purna tugas adalah bagian tak terpisahkan dari keluarga besar sekolah ini. Kehadiran Bapak/Ibu hari ini bukan hanya membawa nostalgia, tapi juga semangat dan inspirasi bagi kami yang masih bertugas,” ujar beliau dalam sambutannya.
Acara dilanjutkan dengan ceramah hikmah halal bihalal yang disampaikan oleh Ustaz Yasir Arafat, MA. Dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan bahwa halal bihalal adalah tradisi khas Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur.
“Makna halal bihalal sejatinya adalah saling memaafkan, menyambung kembali silaturahmi yang mungkin sempat renggang, serta mengikhlaskan segala kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu,” jelas beliau. Menurut sejarah Zaman Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja, punggawa, dan prajurit setelah shalat Idul Fitri. Dalam pertemuan tersebut, dilakukan tradisi sungkeman, yaitu berlutut sambil mencium tangan sebagai simbol penghormatan dan permohonan maaf.
Era kemerdekaan Pada tahun 1946, Presiden Sukarno meminta saran kepada KH Abdul Wahab Hasbullah untuk meredakan ketegangan politik. KH Abdul Wahab Hasbullah menyarankan agar diadakan acara halal bihalal untuk mempertemukan para tokoh politik. Pada hari raya Idul Fitri tahun 1948, Presiden Sukarno mengundang seluruh tokoh politik ke Istana Negara untuk menghadiri acara halal bihalal.
Pedagang martabak India Pedagang martabak India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936 mempromosikan dagangannya dengan kata-kata “martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal”.
Istilah ini kemudian digunakan oleh masyarakat untuk menyebut hal-hal seperti pergi ke Sriwedari di hari Lebaran atau bersilaturahmi di hari Lebaran. Tradisi halal bihalal merupakan salah satu ciri khas masyarakat Muslim di Indonesia.
Beliau juga menambahkan bahwa momen ini penting tidak hanya sebagai ritual tahunan, tetapi sebagai sarana memperkuat ukhuwah dan menata hati agar lebih bersih dalam menjalankan amanah sebagai pendidik.
Setelah sesi tausiyah, acara dilanjutkan dengan bersalam-salaman dan ramah tamah. Hidangan khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati, dan aneka kue kering turut menambah semarak kebersamaan. Tak sedikit guru yang saling bertukar cerita, mengenang masa-masa mengajar bersama, dan berbagi kabar keluarga.
Momen kebersamaan ini menegaskan bahwa meski waktu terus berjalan dan peran telah berganti, persaudaraan antar-sesama guru tetap terjaga erat.
Semoga semangat kekeluargaan dan saling menghargai ini terus tumbuh di lingkungan SMP Negeri 3 Ngaglik, Sleman Yogyakarta, menjadikan sekolah bukan hanya tempat bekerja, tetapi rumah kedua yang penuh makna.
Penulis : Heru Priyono, S.Pd.
Alhamdulillah…
Semoga tali silaturahmi untuk selalu mempererat persaudaraan, kebersamaan, kekompakan, saling bertukar pikiran,saling menghor
mati, saling menghargai, saling kasih dan sayang diantara keluarga besar SMP N 3 Ngaglik tatap terjaga dan dilestarikan.
Dihaturkan banyak terima kasih kepada seluruh Panitia Syawalan Th 1446 H bertepatan dengan Th 2025 M kali ini. Love you forever …